NEGARI minangkabau, ranah yang kuat akan adat istiadat dan tradisinya, menyimpan banyak warisan luhur. Salah satunya tradisi unik pembentukan jati diri para pemuda dan anak laki-laki di Minangkabau yang pernah menjadi keharusan bagi pemuda atau anak laki-laki di minangkabau adalah kebiasaan tidur di surau atau masjid.
Lebih dari sekadar tempat berlindung dari malam yang dingin, dahulunya Surau bukan hanya tempat beribadah, aktivitas utama yang dilakukan mereka di surau adalah pendalaman ilmu agama Islam, seperti mempelajari Al-Qur'an, hadis, fiqih, dan berbagai ajaran Islam lainnya di bimbing oleh tuanku surau. selain itu mereka juga diajarkan tentang pembinaan karakter nilai nilai kejujuran, kesantunan, dan tanggung jawab.
Selain ilmu agama, surau juga menjadi tempat untuk mengasah kemampuan bela diri silek Minangkabau. Silek ini bukan hanya sekadar gerakan fisik, namun juga memiliki filosofinya, pemuda diajarkan teknik-teknik dasar gerakan silek, jurus-jurus yang indah namun mematikan, serta etika bertarung untuk menjunjung kehormatan dan keadilan. Latihan silek di surau ini tidak hanya memperkuat fisik mereka, tetapi juga menanamkan sikap disiplin, keberanian, dan rasa percaya diri.
Tradisi ini menjadi pondasi penting dalam pembentukan jati diri laki laki Minangkabau yang beriman, kuat, dan tangguh. Selain itu surau menjadi wadah silaturahmi dan penguatan solidaritas antar pemuda di luar lingkungan keluarga, tempat mereka bertukar pikiran, berdiskusi tentang berbagai hal, mereka berkumpul melakukan hal hal positif disana. Interaksi sosial yang seperti ini melatih kemampuan mereka dalam berkomunikasi, bernegosiasi, dan membangun relasi yang sehat.
Tujuan tradisi ini bukan hanya menguntungkan pada diri pemuda itu sendiri melainkan juga untuk membela atau melindungi keluarganya, bahkan orang orang di kampungnya tersebut, tradisi ini juga menjadi bekal para laki laki Minangkabau terutama ketika kelak mereka siap jika harus pergi merantau ke negeri orang yang di mana nantinya mereka dituntut untuk mampu melindungi dirinya dengan ini mereka sudah siap memiliki bekal bela diri menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah diremehkan orang orang diluar sana, selain itu tradisi ini bukan hanya membekali mereka untuk merantau dengan mental yang kuat dan harga diri yang terjaga, melainkan juga menjadi wadah pertemuan bagi pemuda sembari menjaga keamanan kampungnya itu sendiri
Namun disayangkan warisan budaya Minangkabau pada zaman sekarang terutama tradisi yang kaya akan nilai pendidikan ini berada di ambang kepunahan. Karena modernisasi, dan perubahan gaya hidup yang mengurangi minat generasi muda untuk menghabiskan waktu di surau.
Surau atau masjid yang dulunya ramai dengan aktivitas belajar dan berkumpul kini lebih sering terlihat sepi di luar waktu salat berjamaah. Rendahnya kemauan anak muda minangkabau sekarang untuk datang ke surau disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari pengaruh perubahan teknologi dan hiburan modern yang lebih banyak diminati anak muda. Hingga menjadi kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai dan manfaat yang terkandung dalam tradisi tersebut. Akibatnya, surau kini lebih sering difungsikan sebagai tempat ibadah semata, kehilangan peran sebagai pusat pendidikan pembentukan karakter.
Jika tradisi ini terus dibiarkan hilang, maka masyarakat Minangkabau akan kehilangan salah satu elemen penting dalam sistem sosial dan budayanya. Surau bukan hanya sekadar tempat tinggal malam hari bagi pemuda, melainkan menjadi tempat proses pendewasaan mereka. Ketika hal ini pudar, generasi muda bisa kehilangan tempat yang dahulu membentuk kepribadian mereka yang kokoh dan berprinsip.
Maka dengan memudarnya tradisi tidur di surau ini, kita sebagai generasi Z (Gen Z) alias anak muda Minangkabau kehilangan sebuah warisan berharga yang telah membentuk generasi yang berakhlak mulia, berani, mandiri, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Hilangnya tradisi ini bukan hanya sekadar perubahan budaya, tetapi juga akan mengikis identitas dan karakter khas pemuda Minangkabau di masa depan.
Editor : Marjeni Rokcalva