KARAMBIAK, juga disebut sebagai karambiak, kerambit, atau krambit (karambit), adalah senjata tradisional dengan bentuk dan karakteristik yang berbeda. Senjata ini diduga berasal dari wilayah Minangkabau di Sumatra Barat. Para perantau Minangkabau membawa kurambiak dengan mereka ke mana-mana di Nusantara. Melalui seni bela diri silek (silat Minangkabau), kurambiak dikenal luas di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, serta di negara lain seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, bahkan di Amerika, Eropa, dan Afrika.
Kurambiak telah lama digunakan sebagai senjata tempur rahasia. Ini membedakannya dari senjata lain seperti sabit, arit, celurit, golok, atau parang yang berasal dari alat pertanian. Ia dirancang untuk melakukan pembunuhan efektif dan serangan jarak dekat. Di berbagai area evolusinya, Kurambiak menjadi komponen penting dari strategi perang gerilya dan bela diri rahasia. Bentuk dan ukuran kurambiak terus berubah seiring waktu, dipengaruhi oleh perkembangan zaman, kondisi geografis, karakteristik fisik pengguna, dan budaya lokal.
Ciri khas kurambiak Minangkabau adalah bilahnya yang bertipe half tang, yang berarti bilah hanya tertanam sebagian ke dalam gagang, berbeda dengan senjata full tang yang bilah dan gagangnya menjadi satu bagian utuh. Desain half tang ini memiliki alasan. Desain ini menjaga kerahasiaan penggunaan senjata api, selain lebih ringan dan praktis. Menurut tradisi Minangkabau, kurambiak harus tetap tersembunyi di mana pun. Ini berbeda dengan cerita umum yang mengatakan bahwa gagang kurambiak digunakan untuk mengidentifikasi setelah pertempuran.
Filosofi penggunaan kurambiak juga dipengaruhi oleh ajaran agama ketika Islam masuk dan berkembang di Minangkabau. Bilah kurambiak yang melengkung berbentuk huruf hijau "lam" melambangkan kata "Latif", yang merupakan salah satu Asmaul Husna yang berarti "Mahahalus" dan "Tidak Terlihat". Ini menunjukkan bahwa kekuatan yang sebenarnya seringkali tersembunyi dan bertindak tanpa diketahui orang lain. Karena prinsip tunggalitas tidak relevan untuk penggunaan kurambiak, kurambiak tidak dibentuk seperti huruf "wau" yang menunjukkan "wahdaniyah" atau "mahatunggal".
Banyak kurambiak Minangkabau juga bermata dua, artinya kedua sisinya tajam. Ini berarti "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un", yang berarti bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kurambiak juga tidak standar. Di daerah Sungai Pua, Bukittinggi, ada pedoman turun-temurun yang mengatakan bahwa gagang kurambiak idealnya sekitar empat buku jari dan tiga hingga empat ruas jari telunjuk. Namun, ukuran akhir tetap disesuaikan dengan keinginan pelanggan.
Gagang kurambiak memiliki lubang yang memungkinkan jari telunjuk atau kelingking masuk. Ini adalah ciri khas yang membuatnya unik. Dalam pertarungan, lubang ini membuat kurambiak lebih sulit dirampas oleh lawan, meningkatkan keamanan dan efektivitas penggunaan. Senjata ini digunakan dalam pertempuran dengan gerakan melingkar dan serangan tusukan atau sobekan yang cepat dan mematikan.
Dalam dunia silek kontemporer, ada dua kategori utama penggunaan kurambiak: untuk pertunjukan dan untuk pertarungan sebenarnya. Kurambiak digunakan secara terbuka selama pertunjukan, dengan koreografi dan akrobatik yang indah yang memikat penonton. Sebaliknya, prinsip rahasia kurambiak mengharuskan dia tetap tersembunyi sampai saat digunakan dalam pertempuran nyata. Seorang pendekar harus mampu menyerang dan melumpuhkan lawan tanpa senjata.
Dalam bidang filosofis, istilah "kurambiak" dan "karambiak" memiliki arti yang berbeda. Sebagian guru silek menggunakan istilah "karambiak", yang berasal dari kata "karam maambiak", yang berarti menenggelamkan diri dalam proses pengambilan keputusan hingga menghabiskan nyawa lawan. Di sisi lain, istilah "kurambiak" berasal dari kata "tafakur maambiak", yang mengajarkan pentingnya pertimbangan mendalam sebelum mengambil keputusan penting, termasuk yang berkaitan dengan hidup atau mati. Siswa silek tidak akan belajar cara menggunakan kurambiak sebelum mereka memahami prinsip-prinsip tersebut, karena menguasai teknik tanpa memahami prinsip-prinsip tersebut dapat fatal.
Kurambiak tidak lagi hanya digunakan dalam tradisi silek. Sekarang digunakan oleh banyak komunitas bela diri di seluruh dunia, termasuk dalam sistem bela diri militer dan taktis. Dalam dunia seni bela diri campuran, kurambiak dikenal sebagai alat pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan refleks dan kemampuan untuk melakukan pertarungan dalam jarak dekat. Kurambiak juga disukai oleh kolektor senjata, penggemar seni bela diri, atlet, dan pecinta film aksi.
Editor : Marjeni Rokcalva