BEBERAPA tulisan tentang Harun Zain juga ditemukan.Fuad Nasar's News Personal Blog, dengan judul: Berhati Rakyat Berotak Cendekia (Mengenang Gubernur Harun Zain) pada tanggal 18 April 2017. Altas Maulana dan Tasrief Tarmizi dari ANTARA, antaranews.com, Kantor Berita Resmi Negara Indonesia, menulis: Harun Zain Pulihkan Harga Diri Orang Sumbar yang diterbitkan pada tangga 18 Oktober 2014. Merdeka.com menerbitkan judul tulisan: Sosok Harun Al-Rasjid Zain, Tokoh Kebanggaan Sumatera Barat yang jadi Menakertans di Era Orde Baru, pada tanggal 29 Februari 2024.
"Harun Al-Rasjid Zain merupakan seorang ekonom, dosen, politikus, dan pejuang Indonesia yang berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Ketika dilanda masa-masa sulit, Harun harus mengemban jabatan sebagai Gubernur Sumbar". Muslim Kasim (Wagub Sumbar Periode 2010-2015), saat membezuk Harun Zain di RSPP Jakarta mengatakan bahwa "Harun berjasa meletakkan pondasi Sumbar seusai PRRI. Ia dengan gigih membangkitkan harga diri orang Minang karena kalah perang. Harun kemudian digantikan Azwar Anas. Putra terbaik Sumbar itu, Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada kabinet Pembangunan III. Ia merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudara dan ayahnya adalah seorang pakar bahasa yang terkemuka di Indonesia yaitu Prof. Sutan Muhammad Zain", 13 Agustus 2014 (https://www.bentengsumbar.com/2014/08/muslim-kasim-bezuk-harun-zain-di-jakarta.html).
Tulisan yang paling lengkap tentang Harun Zain adalah buku biografi Harun Zain: Tokoh yang Berhati Rakyat, editor Abrar Yusra. Dalam buku ini ditemui tulisan dari berbagai tokoh sezaman dan bahkan dari kalangan yang lebih tua dari Harun Zain. Penulis berhasil mendapatkan buku biografi ini setelah menelusuri beberapa lama. Terakhir ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) di Padang Panjang. Tempat ini dikunjungi oleh tamu dari berbagai negara, baik sebagai wisatawan, ilmuwan, maupun Sejarawan. Bisa dikatakan bahwa PDIKM telah menjadi semacam perpustakaan internasional bagi mereka yang ingin mendalami Minangkabau.
Beberapa orang yang memberikan tulisannya dalam buku biografi Harun Zain ini adalah A.A. Navis, Awaloeddin Djamin, Azwar Anas, H. Chairul Harun, Hamzah, Harijanto, Hasan Basri durin, Jafri Jamaluddin, Januar Muin, Marthias Doesky Pandoe, J. Muskita, Oetojo Oesman, Poniman, Rosihan Anwar, Saafroedin Bahar, Saifullah Alimin, Sri Edi Swasono, Taufik Abdullah, Widjojo Nitisastro, dan lain-lain. Buku ini sangat lengkap menjelaskan riwayat hidup dan riwayat perjuangan Harun Zain. Tebal buku sekitar 470 halaman kata pengantar dari Prof. Dr. H. Emil Salim dan sepatah kata dari Penerbit: Yayasan Gebu Minang, Jakarta.
Penulis membaca biografi Harun Zain ini. Menurut penulis, salah satu kelebihan Harun Zain adalah "mau mendengar dan menghargai pendapat orang lain". Selain itu, strategi Gubernur Harun Zain dalam memimpin adalah memakai musyawarah-mufakat tali tigo sapilin (Niniak Mamak -- Alim Ulama -- Cadiak Pandai), sehingga masalah yang awalnya rumit bisa dimusyawarahkan jalan keluarnya. Mungkin ini yang disebut dengan duduak surang basampik-sampik, duduak basamo ba lapang-lapang, basamo mangko manjadi. Ini bisa jadi dekat hubungannya dengan apa yang dikemukakan Fukuyama (2000) tentang modal sosial.
Prof. Dr. H. Emil Salim menuliskan untuk kata pengantar buku biografi Harun Zain, bahwa "untuk membangkitkan harga diri (orang) Minang, Bung Harun menginstruksikan pada semua instansi yang akan membangun gedung agar memakai atap bagonjong tanduk Minangkabau. Sungguhpun semula orang menganggap tindakan ini sepele, namun puluhan tahun kemudian semua orang kagum melihat kecantikan panorama daerah Minangkabau dengan rumah bergonjong yang tegak megah mencerminkan kepribadian daerah Minangkabau. Sehingga tak mengherankan apabila kemudian pola serupa ini diterapkan pula oleh Gubernur-gubernur lain di daerah Provinsinya masing-masing" (Emil Salim, 1997:viii).
Harun Zain tetap terlibat aktif dalam pembangunan Sumatera Barat hingga akhir hayatnya, salah satunya adalah melalui Gebu Minang. Wadah Gebu Minang menghimpun dana dari para perantau untuk membangun daerah, antara lain melalui pembentukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Harun Zain menjadi motor penggerak utama. Begitu pula ketika Sekolah Tinggi Ekonomi Haji Agus Salim melaksanakan seminar mengenai peranan Bursa Efek dalam pembangunan daerah, Harun Zain berperan serta. Pada bulan Desember 1996, Yayasan Haji Agus Salim meluncurkan cetakan ulang buku 100 Tahun Haji Agus Salim, Harun Zain memberikan pidato membangkitkan semangat generasi muda untuk belajar dari sejarah dan mengikuti jejak para perintis kemerdekaan Indonesia yang banyak lahir di daerah Minangkabau (Emil Salim, 1997:x-xi).
Daftar Kepustakaan
Abrar Yusra. 1997. Tokoh yang Berhati Rakyat. Jakarta: Yayasan Gebu Minang.
Editor : Berita Minang