mandapek samo balabo, kailangan samo rugi bisa diterapkan dalam bentuk keadilan distributif dan solidaritas. Di tempat kerja, misalnya, keberhasilan perusahaan seharusnya menjadi keberhasilan semua pihak—pemilik modal, manajer, dan karyawan. Ketika perusahaan memperoleh keuntungan, pembagian bonus atau insentif harus mencerminkan kontribusi dan kerja keras seluruh tim. Sebaliknya, ketika perusahaan menghadapi tantangan atau kerugian, tidak semestinya hanya pekerja lapisan bawah yang dikorbankan, sementara manajemen tetap mendapat keuntungan. Dalam masyarakat, prinsip ini juga bisa menjadi landasan dalam membentuk kebijakan publik yang adil. Pemerintah yang bijak akan memastikan bahwa pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil elite, tetapi juga menyentuh masyarakat akar rumput. Ketika terjadi krisis seperti pandemi, tanggung jawab sosial juga harus dibagi: tidak boleh beban hanya ditanggung oleh masyarakat kecil, sementara kelompok yang lebih kuat secara ekonomi tidak berkontribusi.
Tantangan dan Pelestarian Nilai
Sayangnya, dalam kehidupan modern yang makin individualistis dan kompetitif, semangat kebersamaan dan keadilan sering kali tergerus. Banyak orang lebih fokus pada pencapaian pribadi tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang lain. Oleh karena itu, pepatah seperti mandapek samo balabo, kailangan samo rugi perlu dihidupkan kembali dalam praktik kehidupan sehari-hari. Pelestarian nilai ini bisa dilakukan melalui pendidikan karakter, pelajaran adat dan budaya lokal di sekolah, serta penguatan peran lembaga adat dalam masyarakat. Tidak hanya itu, keluarga sebagai unit terkecil masyarakat juga harus menjadi tempat pertama untuk menanamkan nilai kebersamaan dan keadilan kepada anak-anak sejak dini.
Penutup
Penulis: Serly Oktavia, Mahasiswa Sastra Minangkabau Universitas Andalas
Editor : Marjeni Rokcalva