KAMBING Peranakan Etawa (PE) dikenal sebagai salah satu komoditas ternak ruminansia kecil yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik dari segi produksi susu, daging, maupun kualitas bibit.
Namun, keberhasilan dalam usaha peternakan sangat bergantung pada kondisi kesehatan dan kesejahteraan ternak. Salah satu faktor krusial yang sering luput dari perhatian adalah stres sosial yang dialami ternak, khususnya yang diakibatkan oleh pergantian atau penambahan anggota kawanan baru (intrusi sosial).
Fenomena ini secara metaforis menggambarkan situasi di mana kedatangan anggota baru (kambing baru ) yang menyebabkan ketegangan dan ketidaknyamanan pada anggota kawanan yang sudah ada (kambing lama). Dalam konteks biologi dan etologi ternak, pergantian kawanan memicu pertarungan untuk penentuan hierarki sosial (pecking order) yang baru, suatu mekanisme adaptasi yang secara inheren bersifat stresor bagi individu kambing.
Stres ini tidak hanya memengaruhi aspek perilaku dan sosial, tetapi juga memiliki dampak fisiologis yang serius, yang pada akhirnya akan mengganggu produktivitas dan performa ternak. Oleh karena itu, kajian mendalam mengenai dampak stres akibat pergantian kawanan pada Kambing PE serta strategi mitigasinya menjadi sangat relevan dalam upaya menjaga kesejahteraan dan keberlanjutan usaha peternakan.
Stres pada kambing, termasuk Kambing peranakan Etawa didefinisikan sebagai respons biologis ketika tuntutan lingkungan melebihi kemampuan adaptasi individu. Dalam konteks pergantian kawanan, stresor utama adalah ketidakstabilan sosial dan ancaman fisik yang timbul dari interaksi agresif. Dalam kondisi ini,tubuh kambing Peranakan Etawa akan memberikan beberapa respon antara lain :
2. Respon Perilaku dan Produktivitas Secara perilaku, kambing yang stres akibat pergantian kawanan menunjukkan:
a. Peningkatan perilaku agresif terutama pada hari-hari awal, terjadi peningkatan perkelahian, dorongan, dan ancaman fisik untuk menegaskan kembali hierarki.
b. Penurunan asupan pakan (Feed Intake),Stres dapat menyebabkan penurunan nafsu makan yang signifikan, berujung pada penyusutan bobot badan (Body Weight Loss).
c. Peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut nadi sebagai respons faali akut terhadap kecemasan dan aktivitas fisik akibat interaksi sosial yang intens.