“Budaya merantau inilah yang membentuk karakter masyarakat Minangkabau mandiri, berilmu, dan berdaya juang tinggi,” tuturnya.
Mahyeldi juga menyinggung falsafah hidup orang Minang, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), yang menjadi landasan moral masyarakat dalam menjalani kehidupan modern tanpa kehilangan jati diri. Nilai-nilai itu, ujarnya, harus terus dijaga agar menjadi pedoman di tengah perubahan zaman.
Dalam kesempatan itu, Mahyeldi memaparkan tiga pilar kolaborasi yang bisa dikerjasamakan dengan PTN-BH seluruh Indonesia. Pertama, penguatan ketahanan bencana dan lingkungan. Sebagai wilayah yang berada di jalur Ring of Fire, Sumbar membutuhkan dukungan riset dan teknologi dari kampus untuk memperkuat sistem peringatan dini dan membangun infrastruktur tahan bencana.
Ketiga, reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan. Menurutnya, peningkatan kompetensi ASN membutuhkan dukungan dari dunia akademik melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
Editor : Marjeni Rokcalva






