AURA politik Pemilihan Gubernur Sumbar Pilkada 2020 terus bergulir dan semakin hangat. Calon-calon unggulan terus melakukan bergerilya dan satu persatu mendaftar ke partai politik yang membuka pendaftaran bakal calon (balon) gubernur dan wakil gubernur. Dan sejumlah spanduk kesiapan menjadi orang nomor satu di Sumbar tampak semakin bertebaran.
Dari sejumlah nama, ada empat nama yang tampak semakin mengerucut sebagai Balon Gubernur Sumbar 2020-2025. Keempanya, yakni Wakil Gubernur H. Nasrul Abit (Ketua DPD Gerindra Sumbar) yang sudah pula mendaftar secara resmi ke Partai Gerindra. Ada pula nama H. Mulyadi (Ketua DPD Demokrat Sumbar), terus ada nama H. Mahyeldi, Walikota Padang (Ketua Dewan Syuro DPW PKS Sumbar) serta terakhir Irjen Pol Fakhrizal (Kapolda Sumbar).
Namun yang menjadi pembicaraan saat ini, bukan tentang calon gubernur, tapi tentang pendampingnya, yakni siapa calon wakil gubernur. Hitungan secara ketentuan yang ada, Hanya Partai Gerindra yang punya syarat bisa mengajukan pasangan calon tanpa berkoalisi dengan parpol lainnya. Gerinda yang punya 14 kursi di DPRD Sumbar melebihi batas minilam Undang-Undang dalam syarat pengajuan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur (hanya butuh 13 kursi).
Menariknya, Nasrul Abit (NA) sebagai Ketua DPD Gerindra, hanya mendaftar ke Gerindra dan kabarnya, itu perintah DPP dan belum ada perintah mendaftar ke partai lain. Artinya, Partai Gerindra siap mendaftar tanpa koalisi dengan parpol lain. Lantas siapa wakil Nasrul Abit? Melihat nama yang mendaftar ke Gerindra Sumbar, kemungkinan besar NA akan berpasangan dengan DR. Indra Catri, yang kini menjabat sebagai Bupati Agam, dan Indra Catri juga sudah mendaftar ke Gerindra.
Bila ini benar, ini sangat strategis sekali. Artinya, Gerindra mengusung pasangan calon Selatan-Utara (NA-Indra Catri). Sebuah pasangan yang kuat. Indra Catri di utara jelas punya massa yang patut diperhitungkan tiga calon gubernur lainny yang juga dari utara, Yakni Mulyadi, Mahyeldi dan Fakhrizal.
Nah, tentu kita bertanya dengan Mulyadi, Anggota DPR RI yang punya suara terbanyak dalam Pemilu 2019 lalu di Dapil 2 Sumbar. Besar kemungkinan Demokrat akan berkoalisi dengan PAN. Ada dua nama kader PAN yang mencolok saat ini, Yakni Ketua DPW PAN Ali Mukhni (Bupati Padang Pariaman) dan Shadiq Pasadique (Mantan Bupati Tanah Datar). Keduanya punya kans besar untuk bersanding dengan Mulyadi sebagai pendamping calon wakil gubernur. Mulyadi-Ali Mukhni atau Mulyadi-Shadiq, juga merupakan pasangan kuat dengan mesin politik partai yang patut diperhitungkan (Demokrat-PAN).Lantas bila H.Mahyeldi benar diusung PKS (punya 10 kursi di DPRD Sumbar) sebagai balon gubernur, siapa yang bakal jadi pendampingnya? PKS bisa saja berkoalisi dengan PPP dan PKB dan sulit berkoalisi dengan PDIP atau Nasdem dan Golkar. PPP dan PKB saat ini masing-masing punya 4 dan 3 kursi di DPRD Sumbar. Bila PKS berkoalisi dengan PKB, diperkirakan nama Febby Dt Bangso Ketua DPW PKB Sumbar akan menjadi pilihan digandeng Mahyeldi. Sedangkan bila PKS berkoalisi dengan PPP, bisa jadi mucul nama Hj. Emma Yohanna atau Haryadi (Ketua DPW PPP Sumbar). Tapi kedua parpol tentu harus mendapat persetujuan DPP dulu. Posisi PKS yang kini berada sebagai partai oposisi, masih menyulitkan PPP dan PKB untuk bisa berkoalisi. Namun dalam politik, semua bisa saja terjadi.
Bila demikian adanya, bagaimana dengan Golkar (8 kursi), PDIP (3 kursi) dan Nasdem (3 kursi) di DPRD Sumbar. Melihat komposisi ini, ketiga partai ini bisa saja berkoalisi. Tapi masalahnya siapa pasangan calonnya. Ketiga partai masih belum terlihat kadernya untuk maju. Nama Darul Siska, Hendra Irwan Rahim (Golkar), Alexs Indra Lukman (PDIP) dan Syamsu Rahim, Fauzi Bahar (Nasdem) akan menjadi incaran dalam koalisi ini. Fakhrizal sendiri, tentu masuk dalam bursa, asal bisa melakukan pendekatan terhadap tiga partai ini, jika ia ingin maju lewat partai politik, bukan lewat jalur independen.
Terlepas dari hitungan politik ini, jika Fakhrizal mendapat partai dari koalisi Golkar-PDIP-Nasdem, sejumlah nama akan menjadi pendampingnya. Dan yang paling kuat tentu Hendra Irwan Rahim dan Syamu Rahim. Meski belakangan nama Prof. Ganefri, Ph.D (Rektor UNP) juga muncul sebagai pendamping Fakhrizal, melihat kedekatannya dengan Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri dan mantan Ketum Golkar H. Jusuf Kalla.
Sekali lagi, dalam politik, semua bisa terjadi.