“Orang datang karena rasa ingin tahu, tapi pulang dengan membawa kesan tentang keramahan dan budaya Payakumbuh,” tambahnya.
Menjelang siang, semua peserta mulai mengayuh sepeda menuju garis akhir di Pasa Lamo GOR M. Yamin Kubu Gadang.
Parade Onthel Payakumbuh 2025 bukan hanya tentang nostalgia atau sepeda tua. Ia adalah potret bagaimana sebuah kota kecil bisa membangun identitas pariwisata yang kuat melalui kreativitas dan pelestarian budaya.
Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten
Bagi Payakumbuh, dua hari penuh onthelis bukan sekadar kegiatan. Ia adalah cara untuk menunjukkan bahwa di tengah arus modernisasi, masih ada ruang bagi tradisi, nilai-nilai yang justru menjadi daya tarik wisata paling tulus.“Parade Onthel adalah wujud bahwa pariwisata tak selalu harus glamor. Kadang, cukup dengan sepeda tua, senyum warga, dan suasana tempo dulu, sebuah kota bisa menjadi destinasi yang tak terlupakan,” pungkas Wako Zulmaeta. (Do)
Editor : Medio Agusta






