Seiring perkembangan zaman, eksitensi Randai menghadapi tantangan besar. Gempuran budaya popular, minimnya minat generasi muda, dan kurangnya dukungan kebijakan kultural membuat Randai semakin jarang dipentaskan. Banyak sanggar tradisional kekurangan anggota, dan beberapa cerita mulai dilupkan.
Namun, di sisi lain, modernisasi juga membuka peluang. Beberapa inovasi dalam dunia pendidikan, peristiwa, dan media digital bisa dimamfaatkan untuk merevilitasi Randai.
Minsalnya, ekstrakulikuler seni budaya di sekolah : beberapa sekolah di Sumatra Barat telah menjadikan Randai sebagai kegiatan ekstrakulikuler.
Pelatihan Randai untuk anak muda di sanggar seni : melatih generasi muda agar mencintai budaya lokal.
Pertujukan Randai dalam bentuk digital atau konten di You Tube : membuat Randai lebih muda diakses dan lebih menarik bagi audien masa kini.
Randai bukan hanya sekedar seni pertunjukan tradisonal Minangkabau, tetapi juga alat edukasi budaya yang sangat efektif dan bermakna. Didalamnya terkandung warisan sejarah dan budaya, nilai moral, kebersamaan, dan kekayaan seni yang harus dilestariakan. Dalam dunia yang semakin modern dan dan mendunia ini, pelestarian budaya melalui media edukatif seperti Randai menjadi kebutuhan mendesak agar jati diri bangsa tetap terjaga.
Dengan mendukung dan mengembangkan Randai, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga membangun generasi muda yang sadar akan budayanya sendiri, bangga akan identitasnya, dan memiliki karakter kuat melalui pembelajaran yang menyenangkan. (***)
Penulis: Rika Bela Sari, Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas
Editor : Marjeni Rokcalva






