Pertunjukan Randai banyak mengunakan bahasa Minangkabau dan memiliki bentuk sastra lisan seperti gurindam dan pantun. Ini merupakan cara langsung mendidik penonton, terutama generasi muda, untuk mengenal dan mencintai bahasa ibu serta sastra lokal. Hal ini sangat penting dalam menghadapi ancaman kepunahan bahsa daerah akibat perkembangan dan dominasi bahasa asing di daerah kita ini.
Penanaman Nilai Moral dan Etika
Moral dan etika menjadi salah satu hal yang penting dalam sebuah pertunjukan. Cerita-cerita yang diangkat dalam Randai umumnya mengandung nilai moral dan pembelajaran hidup, Minsalnya, kisah Malin kundang yang mengajarkan pentingnya berbakti kepada orang tua, Sedangkan kisah Anggun Nan tongga mengajarkan keberanian, kejujuran, dan kesetiaan. Pesan moral ini di sampaikan secara halus melalui dialog dan lagu, membuat penonton belajar sambil menikmati pertunjukan.
Pembelajaran sosial dan kebersamaan
Randai adalah pertunjukan kolektif yang menuntut kerjasama dan kekompakan antara pemain. Hal ini mengajarkan pentingnya gontong royong, di siplin, dan solidaritas. Bagi pemain muda, berlatih tampil dalam Randai menjadi sebuah ajang untuk belajar menghargai peran masing-masing dalam sebuah pertunjukan Randai atau tim.
Edukasi melalui Seni dan Gerak
Pendidikan Sejarah dan Identitas Budaya
Melalui kisah-kisah rakyat yang ditampilkan, penonton diajak untuk mengenali sejarah lokal, tokoh-tokoh legendaris, serta kearifan lokal yang membentuk identitas Minagkabau. Ini penting sebagai pendidikan karakter dan budaya, agar masyarakat terutama anak muda tidak terputus dari akar sejarah mereka.
Randai di Tengah Modernisasi: Tantangan dan Peluang
Editor : Marjeni Rokcalva






