SEBUAH Batu Berlubang yang penuh makna bagi masyarakat Minangkabau. Batu berlubang ini dikenal dengan nama Prasasti Batu Batikam terletak di Jorong Dusun Tuo, Nagari Limo Kau, Kecamatan Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat. Prasasti ini bercerita tentang dua orang tokoh historis dalam sejarah minangkabau yaitu ada dua orang saudara yang berlainan bapak tapi memiliki ibu yang sama mareka yaitu Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Katamanggungan.
Datuk Perpatih Lahir dari seorang bapak yang Aristokrat sementara Datuk Katamanggungan lahir dari Seorang bapak Ottokrat, Datuk Perpatih Nan Sebatang ingin rakyat di perintah dengan yang demokratis seperti Pepatah Minang ”Duduk Sama Rendah Tegak Sama Tinggi” yang artinya tidak memandang perbedaan. Tapi, Datuk Katamanggungan lebih menginginkan Hirarki dalam menjalankan Kekuasaan. Ia berpegang pada Pepatah ”Bajanjang Naik Batanggo Turun”.
Akibat selisih pendapat yang bersifat prinsip ini, kedua pemimpin besar ini nyaris berselisih dengan hebat dan agar tidak saling melukai atau pertumpahan darah maka mareka berdua menikam Batu yang tembus hingga kebelakang dengan senjata pusaka masing masing yaitu keris balempo dan pedang jenawi sebagai tanda perdamaian. Jadi, Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Katamanggungan bersepakat untuk menjalankan sistem pemerintahan secara bersamaan tergantung dari tingkat keperluannya.
Peristiwa ini melambangkan pentingnya musyawarah yang mufakat dalam memenyelesaikan konfik, nilai yang hingga sekarang masih berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat minang kabau. Batu Batikam menjadi bukti sejarah bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat minang kabau telah menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dan perdamaian sesuai dengan amanat dari sila keempat adalah mengutamakan Musyawarah dan mufakat untuk kepentingan bersama, menghargai pendapat orang lain dan menerima keputusan yang disepakati bersama.
Batu Batikam adalah pengingat penting bagi kita semua bahwa kekuatan sejati suatu bangsa terletak pada kemampuan rakyatnya untuk menyelesaikan perbedaan secara damai. Di tengah zaman modern yang penuh konflik verbal dan polarisasi, nilai-nilai seperti musyawarah, kesepakatan, dan pengendalian diri seperti yang tercermin dalam kisah Batu Batikam justru semakin relevan.
Referensi: yoursay.suara.com (15 Agustus 2022). "Kisah Dibalik Batu Batikam, Asal Mula Musyawarah di Minangkabau"
Penulis: Puja Rahmanu Gusmer, S.Pd., Gr. (Mahasiswa Magister PPKn UNP)