Kajian Bahasa (1): Selain Dimengerti, Perlu Memengerti Perasaan Orang Lain

1182 hit
Paskibraka Kota Padang Panjang Dikukuhkan

Ermanto (Universitas Negeri Padang)

Dosen

Bertahun-tahun kata dimengerti digunakan, tetapi juga dipertanyakan. Kenapa ada afiks pasif di- dan afiks aktif meN- di dalam kata turunan dimengerti? Semestinya tidak boleh terjadi. Begitu penjelasan para penulis selama ini. Berkaitan dengan itu pula, jika ada kata dimengerti kenapa tidak ada kata memengerti? Oh tunggu dulu. Jangan menggunakan perasaan untuk menjelaskan persoalan kata turunan dengan afiksasi dalam bahasa Indonesia. Mari kita kaji pembentukan kata turunan seperti dimengerti dan memengerti dari sudut pandang kajian ilmu morfologi khususnya morfologi derivasi dan morfologi infleksi.

Proses penurunan kata dimengerti adalah sebagai berikut: pada awalnya adalah kata erti (nomina) + meN- (afiks derivasi ya, bukan afiks infleksi aktif) yang menurunkan kata mengerti (verba aksi mental). Pada proses afiksasi ini disebut proses morfologi derivasi yakni proses afiksasi pada nomina (erti) yang menurunkan verba aksi/perbuatan mental (mengerti). Verba turunan mengerti setara dengan verba aksi/perbuatan mental (verba dasar) lainnya seperti paham, cinta, sayang, dan marah. Dari perspektif morfologi derivasi dan infleksi, verba aksi/perbuatan mental tidak dapat diberi afiks infleksi aktif-pasif (meN-, di-). Misalnya, verba aksi/perbuatan mental paham, cinta, sayang, dan marah tidak dapat diberi afiks infleksi aktif meN- dan afiks infleksi pasif di- menjadi *memaham, *mencinta, *menyayang, *memarah, *dipaham, *dicinta, *disayang, *dimarah. Hanya verba aksi proses (verba tindakan) yang dapat diberi afiks infeksi aktif-pasif (meN-, di-).

Kenapa verba aksi/perbuatan mental mengerti dapat diberi afiks infleksi pasif di- sehingga menurunkan kata dimengerti? Tunggu dulu. Afiks infleksi pasif di- hanya bisa dan hanya boleh mengimbuh pada verba aksi proses (verba tindakan). Untuk itu, verba aksi/perbuatan mental seperti mengerti, paham, cinta, sayang, dan marah harus diberi afiks morfologi derivasi --i untuk menghasilkan verba aksi proses (verba tindakan) mengertii, pahami, cintai, sayangi, dan marahi. Pada proses afiksasi ini disebut proses morfologi derivasi yakni proses afiksasi pada verba aksi/perbuatan mental yang menurunkan verba aksi proses (verba tindakan).

Dengan demikian, pada verba aksi proses (verba tindakan) mengertii, pahami, cintai, sayangi, dan marahi dapat diberi afiks infleksi aktif-pasif (meN-, di-) sehingga menurunkan verba tindakan aktif memengertii, memahami, mencintai, menyayangi, dan memarahi serta menurunkan verba tindakan pasif dimengertii, dipahami, dicintai, disayangi, dan memarahi. Dari sudut pandang proses morfologi, pengimbuhan afiks infleksi aktif-pasif (meN-, di-) pada verba aksi proses (verba tindakan) mengertii, pahami, cintai, sayangi, dan marahi disebut proses morfologi infleksi.

Pada penjelasn di atas, kita sudah memahami proses penurunan kata memengertii dan kata dimengertii. Pertama terjadi proses morfologi derivasi dengan pengimbuhan afiks derivasi meN- pada nomina erti yang menurunkan verba aksi (perbuatan) mental mengerti. Kedua, terjadi lagi proses morfologi derivasi dengan pengimbuhan afiks derivasi -i pada verba aksi (perbuatan) mental mengerti yang menurunkan verba aksi proses (tindakan) mengertii. Ketiga, terjadi lagi proses morfologi infleksi dengan pengimbuhan afiks inlfeksi aktif-pasif meN- dan di- pada verba aksi proses (tindakan) mengertii yang menurunkan verba aksi proses (tindakan) aktif dan pasif memengertii dan dimengertii.

Pertanyaan sekarang adakah verba turunan memengertii dan dimengertii dalam komunikasi masyarakat penutur berbahasa Indonesia? Jawabannya adalah salah satu fonem /i/ pada verba memengertii dan dimengertii (struktur dalam) dilesapkan sehingga menghasilkan verba memengerti dan dimengerti (struktur luar/struktur tampak).

Pertanyaan berikutnya adakah verba memengerti dan dimengerti digunakan dalam komunikasi masyarakat penutur berbahasa Indonesia? Jawabannya tentu ada. Dengan menggunakan aplikasi korpus data seperti webcorp.org.uk, ditemukan penggunaan verba memengerti dalam komunikasi masyarakat penutur berbahasa Indonesia seperti berikut (contoh kalimat dalam berbagai ragam Bahasa dan tidak disunting).

1. Setelah menyelesaikan training ini diharapkan peserta dapat memengerti tentang proses terjadinya reservoir minyak.

2. Pembelajaran dengan percobaan: contohnya agar anak bisa memengerti atau mengetahui warna yang sedang dicampurkan.

3. Dengan superego, manusia belajar memengerti dan menindaklanjuti dengan kepala dingin.

4. Peserta mampu melakukan diagnosis sederhana dan memengerti penyelesaian dan membuat suatu sumur minyak, gas atau panas bumi.

Selanjutnya, dengan menggunakan aplikasi korpus data seperti webcorp.org.uk, ditemukan penggunaan verba dimengerti dalam komunikasi masyarakat penutur berbahasa Indonesia seperti berikut (contoh kalimat dalam berbagai ragam Bahasa dan tidak disunting).

1. Permainan ini bisa jadi agak susah buat dimengerti.

2. Karena kadang melihat belum tentu dimengerti.

3. Ingin dimengerti pasangan tak hanya wanita, ternyata pria juga ingin dimengerti pasangan.

4. Oleh karena itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka ...

Akhirnya, dari tinjauan proses morfologi derivasi dan morfologi infleksi, penurunan verba memengerti(i) dan verba dimengerti(i) disimpulkan berikut ini. Pengimbuhan afiks infleksi meN- dan di- pada verba aksi proses (tindakan) memengerti dan verba dimengerti adalah proses morfologi infleksi sedangkan pengimbuhan afiks derivasi meN- pada verba aksi (perbuatan) mental mengerti adalah proses morfologi infleksi.

Komentar

Artikel Terbaru