Proses morfologi derivasi adalah potensi besar dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia karena keberadaan bahasa Indonesia yang memang kaya dengan afiks derivasi dalam menghasilkan kata turunan. Afiks derivasi meN- merupakan salah satu afiks derivasi yang banyak menghasilkan verba turunan.
Hal yang perlu diingat adalah dalam bahasa Indonesia ada dua bentuk afiks meN-. Pertama, afiks derivasi meN- yang misalnya menurunkan verba perbuatan (verba aksi) dan verba peristiwa (verba peristiwa). Kedua, afiks infleksi meN- yang menurunkan bentuk verba aktif pada verba tindakan (verba aksi proses). Artinya, proses morfologi infleksi ini tidak mengubah makna leksikal. Proses morfologi infleksi ini hanya mengubah bentuk gramatikal yakni struktur aktif dan pasif. Di dalam kamus bahasa Indonesia semestinya ditulis dua lema yakni lema meN- sebagai afiks derivasi dan lema meN- sebagai afiks infleksi.
Dalam KBBI Kemdikbud Edisi V, kita menemukan verba 'merindu, mencinta, menyayang' dengan beberapa makna. Berdasarkan proses morfologi derivasi, afiks derivasi meN- pada verba tersebut adalah sebagai pembentuk verba peristiwa (verba proses). Dengan demikian, sesuai dengan proses morfologi derivasi, makna verba 'merindu, mencinta, menyayang' adalah 'menjadi rindu atau berproses menjadi rindu', 'menjadi cinta atau berproses menjadi cinta', 'menjadi sayang atau berproses menjadi sayang'. Makna metafora atau maksud sesuai konteks pragmatik dapat dikembangkan bertolak dari makna proses morfologi derivasi tersebut.
Mari kita perhatikan makna yang disajikan di dalam KBBI Kemdikbud Edisi V. Verba 'merindu' (KBBI) ditulis dengan makna menjadi rindu, menanggung rindu. Verba 'mencinta' (KBBI) ditulis dengan makna kasih (kepada), bersedih hati. Verba 'menyayang' (KBBI) ditulis dengan makna menyukai, mencintai.
Jika kita bandingkan dengan pembentukan verba turunan lainnya yang setara dengan verba peristiwa (verba proses) di atas, verba 'memarah' (belum ada di dalam KBBI), 'menyedih' (belum ada di dalam KBBI), 'meruwet' (belum ada di dalam KBBI), 'menyenang' (belum ada di dalam KBBI), 'membingung' (belum ada di dalam KBBI), 'membahagia' (belum ada di dalam KBBI), 'mengalut' (belum ada di dalam KBBI). Berdasarkan potensi afiksasi dengan proses morfologi derivasi, verba 'memarah', 'menyedih', 'meruwet', 'menyenang', 'membingung', 'membahagia', 'mengalut' tentu saja secara alami dapat muncul dalam jagat komunikasi berbahasa Indonesia.
Apa makna verba peristiwa (verba proses) 'memarah', 'menyedih', 'meruwet', 'menyenang', 'membingung', 'membahagia', 'mengalut' tersebut? Berdasarkan proses morfologi derivasi dengan menggunakan afiks derivasi meN-, makna verba peristiwa (verba proses) 'memarah' adalah 'menjadi marah/berproses menjadi marah', makna verba 'menyedih' adalah 'menjadi sedih/berproses menjadi sedih', makna verba 'meruwet' adalah 'menjadi ruwet/berproses menjadi ruwet', verba makna 'menyenang' adalah 'menjadi senang/berproses menjadi senang', makna verba 'membingung' adalah 'menjadi bingung/berproses menjadi bingung', makna verba 'membahagia' adalah 'menjadi bahagia/berproses menjadi bahagia, verba makna 'mengalut' adalah 'menjadi kalut/berproses menjadi kalut'.Penggunaan verba 'merindu, mencinta, menyayang' dapat dilihat di dalam KBBI Kemdikbud Edisi V.
Berdasarkan penelusuran melalui aplikasi korpus data seperti webcorp.org.uk,penggunaan verba tersebut juga ditemukan seperti pada contoh berikut.
1. Tandakanlah kasih di mercu kalbu, serikanlah purnama yang merindu.
2. Aku merindu pada yang kasih, ....
3. Kau kurang peka atau aku yang bodoh mencinta hati yang tak cinta.
4. Aku belajar bagaimana caranya mencinta.
5. Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?
6. Sesekali Kiano menyayang Hyang dengan mengusap rambutnya.
Penggunaan verba 'memarah', 'menyedih', 'meruwet', 'menyenang', 'membingung', 'membahagia', 'mengalut' belum terdapat di dalam KBBI Kemdikbud Edisi V. Namun demikian, berdasarkan penelusuran melalui aplikasi korpus data seperti webcorp.org.uk,penggunaan verba tersebut juga ditemukan seperti pada contoh berikut.
7. Masih terlihat memarah di hari pernikahan.
8. ... hingga terapi untuk mengatasi kepribadian narsistik ini agar tidak terlanjur memarah.
9. ... awal cinta yang memang selalu menyedih gagal terlindung oleh pelindung semua mimpi buruk kisah kasih kita.
10. Jawab Della namun wajahnya kian menyedih.
11. "Ketidaksederhanaan" itu, akan semakin "meruwet" manakala orang luar ....
12. Menenangkan hati yang gundah akibat pikiran buntu Pikiran, yang meruwet akibat seleksi alam.
13. Beberapa zodiak diprediksi akan mengalami hari yang menyenang. (?)
14. Karaoke merupakan salah satu kegiatan yang cukup menyenang. (?)
15. Ajaib matematika mampu memecahkan masalah yang membingung terbesar dari pikiran.
16. Sembari air liurnya menampar pipi kanan Jingga yang masih membingung.
17. ... tanggal 2-3 Mei 2009 merupakan hari yang bersejarah dan membahagia terutama untuk kepanduan Bani Hasyim yang telah memperolah GUDEP.
18. Perkenankan anak-anak yatim dan dhuafa itu turut membahagia di hari itu, bersama dengan kebahagiaan ini.
19. Meski tahu hanya dalam mimpi, keyakinan seorang naif tidak mengalut, semakin terbentuk.
20. Waktu Memburu Kehidupan Nalar ku mengalut di tengah kabut malam benakku terkikis hingga hati kunjung menipis.
Berdasarkan penggunaan verba 'memarah', 'menyedih', 'meruwet', 'menyenang', 'membingung', 'membahagia', 'mengalut' di dalam jagat komunikasi digital, membuktikan bahwa proses morfologi derivasi sangat potensial memunculkan kata turunan dalam kerangka memperkaya kosakata bahasa Indonesia.