Giris Ableh, Petani Porang Kreatif Bereksperimen Dilahan Tambang Bercadas dan Panas

EKONOMI-2020 hit

Penulis: Iyos | Editor: Marjeni Rokcalva

SAWAHLUNTO - Tanaman porang, atau dalam bahasa ilmiah disebut amorphophallus muelari semakin diminati kalangan petani tanah air. Tidak hanya di tanah Jawa dan kalimantan, di Sumatera juga marak dibudidayakan, karena tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan tersebut bernilai jual tinggi, baik umbinya maupun buahnya yang disebut katak porang

Porang, menjalar juga ke Kota Sawahlunto dibawa almarhum Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto periode 2013-2018 dari Madiun. Jawa Timur tiga tahun silam. Berkat kecepatannya meraih peluang bertanam porang di daerah ini. Kini, tumbuhan asal daerah tropis yang tidak terlalu sulit untuk dikembangkan tersebut ikut dikembangbiakan seorang petani kreatif bernama Giris Ableh di Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Giris Ableh, dalam bertani porang melakukan beberapa tindakan unik sebelum terjun seratus persen bercocok tanam porang. Pertama dia mengenali terlebih dahulu karakter tumbuhan yang baru dia kenal dari sumber berpengalaman dari Madiun dengan cara uji coba penanaman sesuai kondisi iklim dan kondisi tanah di kawasan perladangan Desa Sikalang.

Ada tiga spot areal yang berbeda ditanami porang, pertama lokasi penanaman yang terlindung pohon sebagai pelindung dari matahari, dan lahan tanpa perlindungan yang langsung terkena matahari. Kemudian menanam porang diatas tanah berhumus dan tanah bercadas serta dilahan bekas penambangan batubara.

Dari eksperimen yang dilakukannya selama dua tahun, ditemukan perbedaan karakteristik porang diantaranya sebagai berikut. Porang ternyata sulit berkembang diatas cuaca panas 28 derjat celcius, kecuali dalam keadaan terlindung oleh tanaman bedaun lebat. Tetapi porang dapat hidup dilahan tanah cadas, dan lebih subur lagi diatas lahan gembur berhumus. Kalau pupuk, dia hanya menggunakan pupuk kandang dari kotoran sapi dicampur kotoran kambing.

Selain itu, dia juga menceritakan hasil uji cobanya melakukan pembibitan dari katak porang yang dibelah menjadi 4 dan 6 bagian sesuai besar kecilnya katak. Kemudian dia proses dengan menyimpan belahan porang tersebut dalam sebuah wadah yang disediakan, yang satu wadah diruangan terbuka dan satu wadah lainnya di ruangan tertutup tanpa cahaya alias gelap dengan suhu panas sekitar 18 derajat celcius.

Dari percobaannya membibit porang cara gila ini ditemukan, bibit yang dalam wadah terbuka dan penuh cuaca terang satupun tak ada yang hidup alias membusuk, tetapi yang dalam wadah di simpan dalam ruangan gelap tanpa cahaya justru tumbuh. dari 20 potongan porang yang di semai, ternyata 16 batang tumbuh. Itulah yang diakui Ableh untuk ditanam dilahan percobaan milik keluarganya.

"Saya melakukan banyak eksperimen, dan tak gampang percaya dengan yang beritakan diberbagai media sosial atau diyakinkan seseorang. Berkali-kali gagal, akhirnya saya menemukan ilmunya secara otodidak, Alhamdulillah, apa yang saya lakukan hasilnya tidak mengecewakan dan siap berbagi untuk petani lain, tunggu saatnya saya undang untuk panen."ungkap Ableh, saat dijambangi beritaminang.com di ladangnya, Selasa (16/3/21).

Menurut pengetahuan Ableh, semua struktur tumbuhan porang bernilai ekonomis, tetapi yang paling mahal itu menurutnya adalah katak porang alias umbi yang tumbuh disela daun batang, bukan dari umbi yang muncul di dalam tanah. Begitu juga harganya, untuk satu kilogram katak bisa dinilai Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta, tapi sekarang harganya berkisar Rp 70 hingga 90 per kilogramnya. Informasi soal harga ini diperolehnya dari sumber pabrik di Jawa Timur yang dia percaya dan sudah membooking hasil panennya.

"Soal harga ini, saya dapat informasi dari pemilik pabrik di Madiun. Mudah-mudahan para petani porang dapat memahami sehingga terbebas dari peng-ijon atau toke liar, mereka untung besar sementara petani dapat sebagian kecilnya. Ini tidak fair, sehingga muncul pemikiran suatu saat saya akan berbagi poengalaman dengan petani lain, sehingga sama-sama menikmati untung dan kesejahteraan." pungkas dia. (Iyos)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru