Penulis: Marjeni Rokcalva
PAYAKUMBUH - Petani disejumlah desa di Kabupaten Limapuluhkota Sumbar, mengalihkan pertanian ke usaha ke komoditi tanama sipadeh/jahe. Tingginya permintaan dan harga jual tinggi merupakan salah satu alasan petani beralih ke komoditi ini, apalagi saat wabah Covid-19.
"Jahe, meski usia tanam hingga panen cukup lama, namun nilai jualnya tinggi (mahal) merupakan komoditi yang harapan kami," kata Darwis, seorang petani di kawasan Padang Somuk, Kabupaten Limapuluh Kota.
Untuk harga jual Jahe, Sabtu kemarin (11/4/20), sayur usia delapan bulan dihargai 25.000/kg oleh pedagang pengumpul. Sedang jahe bibit, usia 11 bulan, dibeli pedagang 40.000/kg.
Jika, seperempat ha lahan tanah umumnya menghasilkan 15 ton jahe sayur. Jika hari ini dibeli pedagang pengumpul 25.000/kg. Maka nilai produksi seperempat ha kisaran 375 jutaan.
Biaya produksi, sebut Darwis, lahan jahe seluas seperempat ha itu andai semua diupahkan pembiayaan. Pupuk dan pestisida dibeli. Total biayanya kisaran 80 jutaan.
"Itulah sebab kenapa petani pemilik modal beralih ke produk bertanam jahe jahe," sebutntya.
Untuk Kabupaten Limapuluh Kota, daerah sentra jahe terdapat di Guguk, Tiaka, Padang Arai, Balubuh, Piobang, Gando, Taeh hingga Sungai Beringin.
Bahkan, kini selain memanfaatkan lahan yang dulu ditanam ubi kayu, lahan sekitar pekarangan rumah sambuah (ramai) pula ditanami jahe.
"Namun tidak semua yang memiliki tanah menanami dengan komoditi jahe. Mengingat biaya pembelian bibit, pupuk dan pestisida yang masih mahal," pungkasnya. AD/MR
Komentar