Cerita Duka Dokter Rawat Pasien Covid-19, Semoga Allah Juga Menjaga Nyawa Kami

KESEHATAN-771 hit

Penulis: Marjeni Rokcalva

PADANG - Mewabahnya Virus Corona (Covid-19) di Indonesia dan juga terjadi di Sumbar, juga menyisakan cerita haru bagi tenaga medis yang menangani pasien di rumah-rumah sakit di Sumbar. Mereka rela mengorbankan waktu demi kesembuhan pasien dan berpisah lama dengan keluarga (istri dan anak).

Cerita itu disampaikan para dokter yang kini bertugas di sejumlah rumak sakit rujukan Covid-19 dan rumah sakit umum daerah yang ada di Sumbar, saat vidio konferensi dengan wartawan via aplikasi zoom, Sabtu malam (4/4/2020) yang diinisiasi IJTI Sumbar.

Begitu, ada pasien yang mulai dirawat dalam status PDP (pasien dalam pengawasan), sebut ahli paru dr. Dedy Herman, SpP, kita sudah membuat perjanjian dengan keluarga untuk berpisah sementara. "Karena tidak akan pernah bisa kembali pulang ke rumah, sampai wabah ini benar-benar reda," cerita dokter spesialis paru Rumah Sakit Achmad Muchtar Bukittinggi Sumbar itu.

Kenapa kita tidak mau pulang, menurut Dedy, karena kita tidak ingin keluarga, anak dan istri serta tetanga, bisa tertular Covid-19. Ini disebabkan, kita juga tidak tahu, apakah kita sudah steril dari virus ini, saat keluar ruangan meski sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP dan protokol kesehatan resmi untuk penanganan Covid-19 ini.

Bahkan, cerita Dedy, ia setiap hari selalu berdoa kepada Sang Pencipta dan pemilik virus, agar diberikan kesehatan dan umur untuk bisa merawat dan melaksanakan tugas dengan baik.

"Saya selalu berdoa, perjuangan kita merawat orang guna menjaga nyawa manusia, mudah-mudahan Allah juga menjaga nyawa saya juga," katanya sedikit terisak.

Memang, sebut Dedy, ia merasa takut dalam kondisi saat ini, tiba-tiba ajal menjemput, bagaimana dengan anak dan istri serta keluarga besarnya.

Dokter Dedy tentu tidak sendirian, sejawatnya di rumah sakit lain, seperti di RS M. Djamil Padang, RS Paru Lubuk Alung dan RSUD lainnya di Sumbar, tentu juga punya cerita sama. Bahkan dokter ahli paru dari RSUD M. Zein Painan, setiap hari selalu was-was bila ingin pulang dan ingin berangkat kerja. Padahal, rumah sakit belum merawat pasien yang posituif Covid-19.

"Saya selalu was-was, kalau pulang apakah tidak membawa sesuatu dari rumah sakit yang bisa menular pada seluruh keluarga. Dan juga was-was ketika mau berangkat kerja, saat di rumah sakit tidakkah tertular pada pasien yang belum diperiksa secara laboratorium," katanya.

Cerita kecemasan lain yakni soal alat pelindung diri (APD) yang terus berkurang dan fisik yang harus membagi waktu, sebagaimana dialami dr. Sabrina, ahli paru RS M. Djamil Padang. Sebagai dokter, ia harus mondar mandir di tiga rumah sakit di Padang selain RS Djamil, yakni Semen Padang Hospital dan Rumah Sakit Unand.

"Lelah, pasti. Apalagi sore hingga malam terkadang harus ke tempat praktek pribadi. Namun, ketika saya lelah, tim lain seperti dokter sejawat dan tenaga medis lainnya ikut menggantikan tugas, sambil menunggu saya bisa prima kembali," cerita Dokter Sabrina.

Begitulah, ada banyak dokter yang bercerita. Mereka semua berharap, masyarakat mematuhi himbauan pemerintah, agar rantai pandemi ini cepat diputus. Bila masyarakat bandel dan tak mengindahkan anjuran pemerintah, pandemi ini akan meluas.

"Bila meluas, semuanya akan susah ditangani. Mari semua mematuhi anjuran pemerintah, tidak berkumpul, selalu gunakan masker, berdiam dirilah di rumah dengan sabar dan ikhlas. Kita tentu masih butuh kesehatan, butuh keluarga, mari sayangi diri dan sayangi orang-orang terkasih," tutup Dokter Dedy. Cal

Loading...

Komentar

Berita Terbaru