Penulis: Dwino/BM | Editor: Marjeni Rokcalva
INDONESIA adalah negara yang memiliki banyak pulau sehingga disebut dengan negara kepulauan. Karena banyaknya pulau di Indonesia terlahirlah suku, adat istiadat, tradisi, dan budaya seperti seni tari, seni suara, pakaian adat, dan permainan tradisional yang beragam di setiap daerah yang tersebar di Indonesia, termasuk dengan daerah yang ada di pulau Sumatera yaitu Sumatra Barat (Sumbar). Sumbar yang memiliki berbagai macam tradisi, adat istiadat, suku dan kebudayaan yang tersebar di daerah daerah yang berada di Sumatra Barat tersebut.
Sumbar merupakan salah satu provinsi yang terletak di pulau Sumatera, yang ibukotanya Padang. Sumatera Barat merupakan daerah yang ditempati oleh etnis Minangkabau, etnis Minangkabau memiliki masyarakat yang beragama Islam, karena agama Islam sangat berpengaruh dalam budaya Minang, Islam dijadikan landasan dalam kehidupan dan menjadikan filosofi bagi masyarakat Minang, yang di tuangkan dalam falsafah Minang yaitu adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah. Dan masyarakat Minang juga belajar dari alam dan mencontoh serta belajar dari media yang ada dari alam, dan hal tersebut sering dungkapkan oleh masyarakat Minang yaitu "Alam Takambang Jadi Guru". Maksud dari alam takambang jadi guru itu adalah sesuatu yang ada di alam bisa dijadikan guru untuk belajar atau di alam terdapat pengetahuan pengetahuan yang bisa dipelajari.
Selain tradisi, adat istiadat, Minangkabau juga memiliki salah satu budaya yang paling digemari oleh masyarakat dulu yaitu permainan-permainan tradisional, permainan tradisional di Minangkabau tak kalah menarik dari dari permainan permainan tradisional di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Pada tahun 90-an permainan tradisional di Minangkabau merupakan salah satu hiburan yang sering dimainkan oleh anak nagari untuk mengisi waktu kosong dan waktu luang untuk kesenangan diri dalam kehidupan. Seiring kemajuan zaman dan teknologi di Indonesia dan munculnya gadget, permainan tradisional sudah mulai dilupakan dan perlahan mulai menghilang,
Seperti permainan tradisional di Minangkabau Badia Batuang atau dalam bahasa Indonesianya yaitu meriam bambu yang sering dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa pada bulan puasa sambil menunggu waktu berbuka puasa dan permainan ini juga dimainkan pada waktu malam hari yang dimainkan sesudah shalat tarawih atau dimainkan untuk membangunkan orang sahur. Tidak hanya dibulan ramadhan permainan Badia Batuang juga biasa dimainkan saat pawai merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia dan untuk memeriahkan saat hari kemerdekaan republik Indonesia. Dan permainan Badia batuang juga ada di perlombakan, dari suara dentuman atau ledakan yang terkeras.
Permainan Badia batuang atau meriam bambu ini terbuat dari Bambu betung, setelah bambu Betung ketemu lalu bambu betung tersebut dipotong sepanjang 4-5 buku bambu betung tersebut, lalu bambu betung tersebut dilubangi dengan cara di tusuk tusuk dengan kayu untuk melubangi bagian dalam bambu betung, karena dalam bambu terdapat pembatas setiap ruasnya, sehingga lubangnya menyatu sampai ke ujung bambu kecuali pembatas ruas terakhir pada pangkal tidak dilubangi, dan pada bagian sebelum pangkal bambu betung tersebut harus dilubangi sedikit dan tidak terlalu besar untuk sebagai menyulutkan api kedalamnya dan tempat memasukan minyak tanah kedalam bambu. Dan bahan lain yang diperlukan untuk membuat Badia batuang supaya bisa berbunyi yaitu memerlukan kain sebagai sumbu yang dimasukkan kedalam bambu tersebut, dan minyak tanah sebagai amunisinya atau bahan bakarnya.
Cara memainkannya cukup mudah hanya memasukan minyak tanah kedalam lobang kecil yang telah dibuat di bagian sebelum pangkal dan sudah diberi kain didalamnya, setelah itu sulutkan api pada lubang kecil tadi dan saat disulut dengan api, Badia batuang tersebut akan mengeluarkan suara ledakan atau dentuman yang cukup keras. Terkadang masyarakat sering kaget karena dentuman atau ledakan yang cukup keras, karena ledakan itu, orang yang memainkan Badia batuang juga sering dimarahi oleh warga. Oleh karena itu Badia batuang harus dimainkan ditempat lapang atau agak jauh dari pemukiman warga.
Pada saat memainkan Badia batuang ini harus dimainkan dengan hati-hati supaya api tidak mengenai wajah yang bisa membakar rambut, alis dan bulu mata yang menyembur dari lubang kecil dari pangkal nya tadi itu, biasanya bagian lubang tersebut harus ditiup-tiup dan saat meniupnya itulah harus hati-hati supaya api didalam badia batuang itu tidak menyambar wajah.
Permainan yang dulu sering terdengar dan sekarang Seiring kemajuan zaman dan masuknya gadget ke Indonesia permainan Badia batuang juga perlahan mulai menghilang dan dilupakan oleh anak-anak ngari dan mereka lebih sibuk dengan game game dan aplikasi yang ada pada gadget mereka masing-masing sehingga mereka tidak mengetahui dan mementingkan keadaan sekitar nya. Dan permainan Badia batuang sekarang sudah tergantikan dengan yang lebih praktis yatu Badia kaleng yang terbuat dari kaleng-kaleng susu bekas dan satu pematik pada korek api dan cara membuatnya pun lebih mudah yang hanya menghubungkan kaleng kaleng tersebut dengan satu sama lainnya.
Padahal permainan Badia batuang memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya seperti nilai kebersamaan dan saling bantu membantu. Nilai itu dapat dilihat dari saat bergotong royong saat mencari bambu, proses pembuatannya dan bermain secara bersama-sama, tertawa sesama dengan teman-teman. Tapi sekarang sangat disayangkan dengan hilangnya permainan tradisional ini yang kita mainkan sewaktu kecil, semuanya itu kini tinggal kenangan yang tersimpan dalam kenangan.
Oleh karena itu perlu kesadaran bagi masyarakat untuk harus tetap mengenalkan permainan tradisional ini kepada anak-anak penerus bangsa supaya mereka juga mengetahui permainan tradisional ini, dan permainan tradisional ini tetap telestarikan dan terjaga hingga ke generasi generasi seterusnya, mungkin kita bisa mengenalkan dengan cara mengajarkan kepada ponakan, adik, dan anak-anak yang berada disekitar kita, supaya permainan Badia batuang tidak hilang begitu saja bak ditelan waktu. ***
Oleh: Dwino Scorpio, Jurusan Sastra Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas(Dwino/BM)
Komentar