Perlu Antisipasi Stabilitas Keamanan, Usai Serangan Udara AS Terhadap Iran

PERISTIWA-635 hit

Penulis: Marjeni Rokcalva

JAKARTA - Sebagian orang mungkin masih memiliki anggapan bahwa apa yang terjdi di luar negeri akan berdampak terhadap situasi di negeri itu sendiri. Padahal saat ini diperlukan kecermatan dalam melakukan analisa terhadap berbagai kemungkinan apa yang terjadi di luar negeri akan berdampak juga terhadap Indonesia. Baik dari perspektif ekonomi, kesejahteraan masyarakat maupun kemanan dalam negeri. Salah satu kejadian terbaru adalah serangan udara pasukan AS di Baghdad, Irak. Serangan ini menyebabkan Jenderal Qassim Soleimani terbunuh. Ia adalah pemimpin dari Quds Force, satuan pasukan khusus Garda Revolusi Iran.

Terkait hal tersebut, Pengamat Keamanan Dalam Negeri Dede Farhan Aulawi yang ditemui Sabtu (4/1) di Jakarta, mengatakan bahwa dirinya ikut mengamati kemungkinan dampak dari kejadian tersebut terhadap situasi keamanan dalam negeri di Indonesia. Kejadian tersebut hakikatnya akan membawa dampak tidak saja terhadap geopolitik di Timur Tengah, melainkan juga terhadap negara -- negara lainnya. Lihat saja beberapa saat setelah kejadian tersebut harga minyak mentah berjangka AS melesat 3% menjadi US$ 63,05/barel. Apalagi jika sampai terjadi peperangan di Timur Tengah, maka pasti akan berdampak pada kenaikan harga energi di tingkat ekonomi global. Ujar Dede.

"Bukan hanya soal harga minyak yang naik, tetapi juga akan berdampak pada banyak sektor lainnya, misalnya saham maskapai penerbangan pun akan jatuh karena kenaikan harga minyak tersebut. Lihat saja harga saham maskapai seperti United Airlines, American Airlines, Delta Air Lines dan JetBlue Airways yang mengalami penurunan lebih dari 1,6 % ", ungkap Dede.

Baca Juga


Selanjutnya Dede juga menyimak apa yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif yang menegaskan bahwa akan ada aksi balasan terhadap aksi AS tersebut. Meskipun aksi balasan yang dimaksud belum bisa dipasti bentuknya seperti apa, tetapi ada kekhawatiran berbentuk serangan terhadap fasilitas militer dan minyak AS di Timur Tengah. Jika hal ini terjadi, maka harga minyak bisa semakin meningkat.

Peningkatan harga ini, pasti akan berdampak pada peningkatan harga BBM di Indonesia yang otomatis bisa menaikkan harga -- harga yang lainnya pula. Selama perubahan dalam batas wajar mungkin tidak menjadi masalah, tetapi jika kenaikannya signifikan maka akan berdampak pada situasi kemanan dan stabilitas politik di dalam negeri.

"Teori ekonominya sebenarnya sederhana bahwa jika sisi supply "terganggu" akibat peperangan, sementara sisi demand terus meningkat, maka pasti harga akan naik. Persoalannya kemudian berapa persen masyarakat yang bisa beradaptasi dengan kenaikan harga tersebut, dan berapa persen yang tidak bisa beradaptasi dengan kenaikan harga. Ketika jumlah yang tidak bisa beradaptasi secara kumulatif dalam jumlah besar, maka bisa menjadi moment untuk jualan produk "statement" bagi para aktor politik yang merasa termarginalkan ", kata Dede.

Apalagi jika Januari ini, OPEC sebagai organisasi negara pengekspor minyak benar -- benar merealisasikan rencana pemangkasan jumlah produksi minyaknya menjadi 1,7 juta barel per hari (bpd), maka pasti akan terjadi defisit supply. Di saat yang bersamaan, stok mingguan minyak mentah AS turun 7,8 juta barel. Penurunan yang terjadi melebihi prediksi pasar yang hanya meramal turun 3,2 juta barel saja. Naik turunnya harga tersebut, langsung atau tidak langsung pada akhirnya memuat nilai rupiah terdepresiasi. Bukan hanya rupiah saja, tetapi beberapa mata uang asia lainnya pun mengalami hal yang sama, misalnya won Korea Selatan menjadi mata uang terburuk setelah melemah 0,76%.

Peso Filipina dan rupee India melengkapi tiga besar dengan melemah 0,67% dan 0,5%. Dengan demikian perlu diantisipasi jika ketegangan Timur Tengah naik status ke level perang kawasan, maka harga minyak meroket, rupiah terdepresiasi, harga -- harga termasuk sembako bisa melambung, akan berdampak pada stabilitas kemanan dan politik. Oleh karena itu diharapkan semua tetap waspada dan jeli membaca setiap variabel perubahan agar segala sesuatu yang tidak diharpkan bisa diantisipasi dengan baik. Pungkas Dede menutup pembicaraan.

MR

Loading...

Komentar

Berita Terbaru