Penjelasan Pihak RSOMH, Terhadap Aduan Syamsul Azwar Ke Menkes RI

KESEHATAN-342 hit

Penulis: Yus | Editor: Redaktur

BUKITTINGGI - Merasa orang tuanya Asmawati (67) yang terserang stroke tidak mendapat pelayanan dan ditolak untuk rawat inap di RSOMH Bukittinggi dengan alasan ruangan penuh, Syamsul Azwar Walinagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat mengadukannya kepada Menteri Kesehatan dan Anggota DPRRI komisi 9 lewat akun facebook dan yuotubenya, kamis (1/9).

Menurut Syamsul Azwar yang dihubungi media ini lewat whatsAppnya menerangkan, orangnya terkena stroke sejak subuh Kamis(1/9). Kuatir dengan kondisi orang tuanya,Syamsul Azwar melarikan orang tuanya ke RSOMH Bukittinggi dengan mobil pribadi.

Berangkat dari rumahnya sekitar pukul 10.00 pagi, dan sampai di RSOMH Bukittinggi sebelum masuk waktu zuhur.

Baca Juga


Sampai di RSOMH,dia langsung ke bagian UGD,namun pasien ditolak dengan alasan ruangan inap penuh,sehingga terjadi komunikasi yang tidak mengenakkan, katanya.

Merasa tidak perlu berlarut karut dalam pertengkaran dengan oknum petugas, RSOMH, Syamsul langsung melarikan orang tuanya ke RS.Tentara, disana orang tuanya mendapat pertolongan pertama, bahkan kalau kami mau di rawat, petugas RS.Tentara yang letaknya tidak berapa jauh dari RSOMH, bersedia mencarikan ruangan untuk rawat inap,nanum dokter di RS Tentara menyarankan lebih baik di rawat di RS.M.Natsir Solok, karena perlengkapan medisnya lebih lengkap dibandingkan dari RS.Tentara,jelas Syamsul.

"Saya berharap kejadian ini tak terulang untuk yang lain, sebab satu satunya rumah sakit stroke di Sumbar, hanya di Bukittinggi," jelasnya.

Sesuai saran dari dokter di RS.Tentara,"saya kembali ke solok, Sekitar pukul 17.00 saya sampai di RSUD M Natsir Solok, dan saat di Rumahsakit OMH, saya juga tanya ke petugas, orang tua saya BPJS, jika ada kendala dengan BPJS saya siap dengan pelayanan pasien status umum, namun mereka juga tidak mau memberikan pertolongan", keluhnya.

Masih menurut versi Syamsul Azwar, di meminta orang tuanya yang terkena stroke diberikan pelayanan, tapi ditolak oleh Rumah Sakit OtakDr Drs M Hatta (RSOMH) Bukittinggi, dengan alasan kamar penuh.

Syamsul Azwar juga menulis di akun facebooknya, orang tuanya tidak mendapat setetas pun obat bantuan penaganan medis awal dari pihak rumah sakit stroke tersebut.

Bahkan dalam tulisannya itu, pasien pun tak dibawa masuk sampai ke ruangan IGD dan hanya cukup di pintu, padahal kondisi orang tuanya kian kritis,ungkapnya.

*Tidak pernah menolak*

Menanggapi keluhan Syamsul itu, pihak Rumah Sakit Otak Muhammad Hatta ( RSOMH) mengaku tidak pernah menolak pasien yang datang.

RSOMH selalu welcome, terbuka, tidak pernah ada menolak pasien,kalau ada yang mengaku ditolak itu hanya salah persepsi dan miss komunikasi, jelas Direktur SDM, Keuangan dan Umum RSOMH Zaineti, SKM.MM didampingi

Ns.Dian Riani Fitri, SKM.M.Kep, Koordinator Umum dan Organisasi,

Anferi Devitra, SKM.MARS, Sub Koordinator Hukormas

Efralil Hayati, SH, Kaur.Hukormas

Ns.Yulia Ramaita, S.Kep, Staf Humas (PJ.Pengaduan Masyarakat) menjawab Media ini di salah satu ruangan pertemuan RSOMH, Senin (5/09).

Pihak RSOMH juga sangat menyayangkan tulisan tersebut.

Menurut Direktur SDM, Keuangan dan Umum RSOMH Zaineti, SKM.MM mengatakan, setiap pasien yang datang ke RSOMH, pelayanan pertama, pasien diterima oleh petugas dinaikkan ke tempat tidur pakai roda, didorong ke ruangan observasi, disini pasien langsung dilayani, diukur tensinya,ternyata tensi stabil, diperiksa matoriknya dengan mengangkat tangan yang ada gejala strukenya, ternyata juga berada pada kondisi yang tidak mengkuatirkan, selain itu pasien juga diperiksa, apakah terkonfirmasi virus covid 19.

Setelah didiagnosa oleh petugas diruangan observasi itu, baru di tentukan jenis penyakit strokenya dan tempat pelayanannya. Ruangan observasi ini, satu kesatuan dengan ruangan IGD, jadi pasien bukan ditelantarkan diluar ruangan, atau di depan pintu masuk ruangan observasi tersebut, jelasnya.

Lebih lanjut Zaineti, SKM.MM mengatakan,selesai diperiksa di ruangan observasi, keluarga pasien mengurus ruangan,disanalah muncul salah persepsi,

Saat keluarga mengurus ruangan tempat perawatan inap,semua ruangan saat itu penuh.

Saat itu, petugas menyarankan,bila masih ingin di rawat di RSOMH harus menunggu pasien yang pulang hari itu, atau ditawarkan di rujuk ke RSAM, kemudian datang keluarga pasien yang laki laki dengan emosi,sambil memperlihatkan kartu wartawannya dan menelpon sejumlah rekannya.

Merasa diintimidasi, petugas tidak bisa berbuat apa apa selain menolong pasien, dan menyarankan bersabar dulu sampai ada pasien sejenis yang pulang. Tidak mungkin,pasien yang pulang laki laki, diganti dengan pasien perempuan,atau sebaliknya, ungkap Zaineti, SKM.MM, yang di aminkan Ns.Dian Riani Fitri, SKM.M.Kep, Koordinator Umum dan Organisasi,

Anferi Devitra, SKM.MARS, Sub Koordinator Hukormas

Efralil Hayati, SH, Kaur.Hukormas

Ns.Yulia Ramaita, S.Kep, Staf Humas (PJ.Pengaduan Masyarakat).

" itu hanya masalah persepsi, petugas RSOMH sudah bekerja sesuai SOP, Kita menyadari kondisi keluarga pasien yang panik melihat orang tuanya sakit apalagi stroke yang merupakan penyakit yang paling berbahaya,kita sudah bekerja maksimal sesuai SOP, keluarga pasien menilai di acuhkan atau belum diberi pelayanan", tambah Anferi Devitra, SKM.MARS, Sub Koordinator Hukormas.

( Yus)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru