Penulis: Jen | Editor: Marjeni Rokcalva
PADANG - Gubernur Sumbar, Mahyeldi membuka secara resmi seminar hasil penelitian sejarah dan budaya Kerajaan Jambu Lipo Lubuk Taruk Sijunjung di sebuah hotel di Padang, Rabu (1/12/2021).
Ia mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan tersebut. Apalagi kegiatan ini berkaitan dari hasil penelitian sejarah dan budaya Kerajaan Jambu Lipo.
Seminar ini merupakan rangkain Festival Kerajaan Jambu Lipo Jambu Lipo Ranah Godok Obuih yang sudah dimulai sejak bulan Agustus lalu.
Baca Juga
"Kegiatan ini penting bagi kita semua, terutama bagi generasi muda guna mengenali sejarah dan budaya yang ada di Sumbar," kata Mahyeldi.
Selain itu, katanya, kegiatan ini hendaknya dijadikan momentum bagi lokasi Kerajaan Jambu Lipo Jambu Lipo Ranah Godok Obuih untuk menjadi daya tarik baru wisatawan untuk berkunjung.
"Maka dari hal itu, mari kita jadikan momentum ini sebagai suatu daya tarik wisatawan yang tidak hanya saja berdomisili di Sumbar, tapi dari luar provinsi tentunya. Jadi dari hal itu, mari masyarakat Sijunjung kita jaga tradisi ini," tambahnya.
Ia berharap ke depannya, daerah Sijunjung dapat ditata dengan rapi oleh masyarakat di sana. Sehingga dapat memajukan wisata Jambu Lipo Ranah Godok Obuih.
"Itu berfungsi untuk daerah Sijunjung agar didatangi oleh wisatawan atau tamu-tamu luar. Mari kita jaga dan rawat bersama," tuturnya.
Temuan AwalSementara itu Tim Peneliti Sejarah dan Budaya Kerajaan Jambu Lipo yang terdiri dari Sudarmoko Ph.d, Dr Norpiyasman, Dr Ivan Adilla, dan Hary Efendi Iskandar, SS, mengungkapkan sejumlah temuan awal setelah melakukan penelitian lapangan di sejumlah lokasi penting terkait kerajaan Jambu Lipo, seperti Dharmasraya dan Solok Selatan, serta mengadakan serangkaian wawancara dan studi pustaka.
Sudarmoko menyebutkan, arti prosesi Rajo Manjalin Rantau tak hanya bagi masyarakat Lubuk Tarok tempat berdirinya Kerajaan Jambu Lipo namun juga bagi eksistensi Kerajaan Jambu Lipo itu sendiri.
"Prosesi tersebut merupakan mata rantai yang menghubungkan antara masyarakat dan pihak kerajaan serta wilayah-wilayah rantau yang punya hubungan khusus dengan kerajaan. Karenanya, prosesi tersebut memiliki posisi amat penting sebagai penjaga eksistensi Kerajaan Jambu Lipo. Lewat prosesi Rajo Manjalin Rantau-lah ingatan kolektif tentang Kerajaan Jambu Lipo terus hidup. Lewat prosesi itu pula pengetahuan sejarah dan adat istiadat masyarakat Lubuk Tarok mengenai Jambu Lipo terus diperbaharui. Dengan kata lain, jika prosesi tersebut terhenti untuk waktu lama maka keberadaan Jambu Lipo itu pun sendiri ikut terancam," katanya.
Di samping itu, prosesi Rajo Manjalin Rantu juga menjadi medium untuk menyelesaikan konflik dan membangun konsensus.
Ivan Adilla, menambahkan, tim juga menemukan sejumlah tinggalan budaya non-material seperti cerita rakyat-cerita rakyat serta mitologi yang berhubungan dengan kerajaan Jambu Lipo. Cerita-cerita itu berisi asal-usul kerajaan atau kisah-kisah tokoh besar yang pernah hidup di lingkungan kerajaan.
"Semua itu tak kalah penting artinya sebagai penjaga dan saluran penerus ingatan kolektif mengenai Jambu Lipo," tambahnya.
Sejarawan Nopriyasman juga menyampaikan temuan awal lainnya yang berkaitan dengan sejarah kerajaan Jambu Lipo. Salah satu temuan awal tersebut ialah soal asal-usul nama Jambu Lipo.
"Terdapat beberapa versi asal-usul nama Jambu Lipo. Di antaranya Jambu Dwipa, Jan Ibu Lupo, dan Jan Buhua Lupo. Dari tiga versi tersebut Norpriyasman cendrung lebih sepakat dengan versi terakhir. Kesimpulan tersebut ditariknya dengan menempatkan Kerajaan Jambu Lipo sebagai bagian dari kerajaan-kerajaan Melayu masa-masa awal yang cenderung membangun ikatan tertentu antara satu sama lain lewat berbagai bentuk perjanjian atau komitmen demi menjaga keberlansungan tiap-tiap kerajaan. 'Jan Buhua Lupo sendiri bisa diartikan sebagai 'jangan sampai melupakan ikatan' yang mencerminkan adanya ikatan atau komitmen antara Jambu Lipo dengan kerajaan lain yang terbentuk di masa lalu, dalam hal ini Pagarruyuang," ujarnya.
Selain menggelar seminar, agenda hari pertama ini juga akan diisi pertunjukan tari dan musik serta pemutaran film dokumenter tentang Kerajaan Jambu Lipo yang di Padang. Pada hari kedua, Kamis (2/11), akan digelar sejumlah peruntujukan budaya Kerajaan Jambu Lipo di Musuem Adityawarman. Pagelaran yang dimulai jam 09.00 WIB itu akan diisi oleh simulasi prosesi Rajo Manjalin Rantau, pertunjukan tari tradisional Jambu Lipo yang bernama Tari Tanduak, serta pertunjukan lainnya.
(Jen)
Komentar