Cerita Pak Aziz, Eksisnya Tukang Service dan Jual Beli Mesin Jahit Bekas di Padang Panjang

SELINGAN-2162 hit

Penulis: HARRIS SUYATA/Lex | Editor: Marjeni Rokcalva

SEDERET mesin jahit bekas tersusun rapi di dalam dan di luar sebuah kios kayu berwarna putih yang mulai memudar di jalan lingkar belakang Pasar Pusat Padang Panjang, Minggu (22/8). Di antaranya bermerek Singer buatan Jerman tahun 1930-an, dan Standar buatan Amerika tahun 1920-an.

Di dekat mesin jahit itu, seorang pria tua menggunakan topi cap, berperawakan kurus, mengenakan baju kaos krah putih dan celana jeans tengah duduk menghadap televisi tabung 18 inchi. Sesekali ia melangkah ke depan kios, meraih gelas berisi secangkir kopi yang di taruh dekat susunan mesin sembari menunggu rezeki datang.

Abdul Aziz (68), pria asal Kampung Jambak, Kelurahan Guguk Malintang, Kecamatan Padang Panjang Timur (PPT) itu tengah mengadu peruntungan lewat usaha service dan jual beli mesin jahit. Usaha itu baru tiga tahun dia geluti kembali, bersamaan dengan permak celana jeans. "Dulu pernah usaha ini sekitar tahun 70-an," ceritanya.

Baca Juga


Ia kembali menjalankan usaha itu lantaran tak mau berpangku tangan. "Setelah berhenti mengojek roda dua dari tahun 2002 hingga 2018, saya terpikir untuk membuka kembali service mesin jahit dan permak levis. Keahlian itu masih saya miliki," tuturnya.

Meskipun menurut Aziz usahanya ibarat rezeki harimau, dia tetap optimis harapan itu ada. "Ketika lagi banyak service dan permintaan mesin jahit, bisa untuk kebutuhan sekian hari. Memang kondisi Covid-19 mempengaruhi usaha saya, kadang seminggu tidak jual beli," ujarnya.

Harga service mesin jahit, jelas Aziz, bervariasi tergantung kerusakan. Berkisar Rp 150.000 sampai dengan Rp 250.000. "Sepanjang onderdilnya ada untuk diganti, Insyaa Allah bisa diperbaiki. Selama ini yang service, Alhamdulillah tidak ada yang komplain," tuturnya.

Untuk mesin jahit tertentu keluaran lawas tahun 1920-1930, kata Aziz, bila dia jual bisa mencapai Rp 1,5 juta-2,5 juta. "Mesin tua itu besinya bagus. Buatan dulu beda sekali kualitasnya, tak seperti mesin sekarang yang besinya cepat memuai, rapuh. Mesin jahit dulu sampai cucu cicit, masih kuat," jelasnya meyakinkan.

Sementara untuk membeli mesin jahit dari orang yang datang, Aziz cukup hati-hati, tak mau nanti mendapat barang curian dan dituduh penadah. "Dari gelagat, biasanya ada itu anak muda. Saya tak mau beli, karena curiga," katanya.

Adapun untuk permak celana jeans hanya Rp 20.000 saja. "Rasanya sudah tidak mahal tapi masih ada saja yang menawar. Tapi tak apalah," sebutnya sambil tersenyum.

Aziz hanya berharap masa tuanya tak menyusahkan orang lain. "Selagi nafas ini masih berhembus, dikasih Allah kekuatan untuk berusaha, saya tetap berusaha dan semoga jadih amal ibadah," ucapnya. (HARRIS SUYATA/Lex)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru