Bubur Kampiun, Teman Berbuka dengan Cita Rasa yang Legit

HISTORIA-1136 hit

Penulis: Harris Suyata | Editor: Marjeni Rokcalva

SALAH satu menu takjil "pabukoan" yang kerap menjadi pilihan masyarakat di Ranah Minang ialah bubur kampiun. Sajian ini memadukan beragam bubur manis menjadi satu, sehingga menghasikan cita rasa yang legit.

Isian seporsi bubur kampiun biasanya terdiri dari bubur sumsum, bubur ketan hitam, kolak pisang/ubi, bubur kacang hijau, bubur candil, dan ketan putih kukus.

Bila ingin mencoba menu yang satu ini, silahkan saja mampir di sejumlah pasar pabukoan di Padang Panjang. Salah satunya di Pasar Pabukoan Simpang Gunung, Kelurahan Ekor Lubuk, Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang, Sumbar.

Baca Juga


Susan (28), salah seorang penjual bubur kampiun di samping Kantor Lurah Ekor Lubuk menyampaikan, sekitar 60-80 bubur kampiun yang dikemas dalam bentuk gelas plastik, laku terjual setiap harinya. Satu gelas bubur kampiun di jual seharga Rp 5.000.

"Kalau bubur kampiun yang kami jual, bedanya tidak ada kolak pisang dan ketan putih kukus. Insyaa Allah rasanya tetap enak," katanya.

Mengenai asal-usulnya, konon terciptanya bubur kampiun berawal dari ketidaksengajaan. Sekitar tahun 1960-an pasca perang Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), diadakan Lomba Kreasi Membuat Bubur di Desa Jambuair, Banuhampu, Bukittinggi.

Lomba diikuti semua lapisan masyarakat. Muncul banyak variasi bubur seperti bubur cokelat, keju dan lainnya. Namun seorang nenek bernama Amai Zona datang terlambat ke perlombaan tanpa persiapan.

Ia akhirnya memasukkan beberapa jenis bubur yang tidak habis dijualnya saat pagi hari ke dalam beberapa mangkuk. Tak disangka, kreasi bubur buatan Amai Zona menang.

Saat ditanya mengenai nama kreasinya, sang nenek menjawab spontan Bubur Kampiun. Maksudnya adalah "champion" yang berarti juara. (Harris Suyata)

Loading...

Komentar

Berita Terbaru