PERGERAKAN kasus pandemi corona virus disease 2019 ( covid-19 ) mulai berubah, semula berimigrasi dari kloster yang jadi episentrum atau wilayah pusat penyebaran, kini bertransmisi secara lokal. Hal ini akan jadi sebuah ledakan yang mengancam berbagai daerah khususnya di Sumatera Barat.
Gambaran telah terjadinya transmisi lokal itu terlihat dari 148 kasus yang dinyatakan positif covid-19 di Sumatera Barat, 79,73 persennya adalah berstatus kasus lokal, sedangkan yang berasal dari luar atau impor hanya berada diangka 12,16 persen, serta tanpa keterangan diangka 8,11 persen.
Data ini diungkap Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Andalas (Unand) Defriman Djafri,Skm,MKM,PhD. dalam video conference yang saya ikuti sebagai partisipan pada pukul 14.00 Wib hingga sekitar pukul 14.00 wib dengan vidcon host Jonnedy Kambang, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumatera Barat, Sabtu (2/5).
Acara dibuka Wagub Sumbar Nasrul Abit, dan di ikuti sejumlah wartawan/koresponden televisi nasional, media online, radio dan media cetak terbitan Padang, Sumatera Barat.
Defriman Djafri membeberkan, sesuai analisa pertanggal 30 April 2020, dengan jumlah pasien 148 yang positif di Sumbar, Kota Padang berada pada urutan pertama dengan 66,89 persen, kemudian Kabupaten Pessel 10,81 persen, Kota Bukittinggi dan Kab.Dharmasraya sama yakni 4,05 persen. Kabupaten dan kota lainya masih belum muncul, tapi bukan berarti aman untuk seterusnya.
Menurut dia, riwayat kontak berdasarkan pekerjaan justru terjadi pada tenaga kesehatan yakni 20,27 persen, menyusul ibu rumah tangga sekitar 16,22 persen.
Kemudian dari ASN lain, TNI dan Polri yang berada di urutan ke tiga sekitar 13,51 persen, serta menyusul pedagang dan pegawainya 12,84 persen. Melalui mahasiswa dan pelajar sekitar 10 81 persen.
Melihat angka riwayat penyebaran sesuai data yang dirilis, Dekan FKM ini menyarankan agar tenaga kesehatan harus memastikan diri bekerja melayani pasien terindikasi covid-19 sesuai dengan protap protokol penanganan covid-19. Apapun bentuk keluhannya dari pasien tenaga media harus ikuti protap covid-19.
Kasus Puskesmas Tarusan, Kab.Pessel dan RSUD Padang Panjang misalnya, cukup menjadi pengalaman dan peringatan berharga jangan sampai terulang di tempat lain, karena yang banyak terpapar covid-19 itu adalah para tenaga kesehatannya sendiri.
Hingga per 30 April 2020, dari 148 kasus jumlah yang terpapar didominasi pasien berusia muda dengan rincian persentase usia 20-29 tahun 41persen, 30-39 tahun 14,86 persen. Sementara usia 40-49 tahun dan berusia 50-59 tahun mencapai 12,16 persen.
Sedangkan berdasarkan status pasien covid-19, yang dirawat di berbagai Rumah Sakit berjumlah sekitar 33,11 persen, di isolasi di Bapelkes 10,81 persen dan isolasi di rumah secara mandiri sekitar 25 persen.
Untuk persentase kematian dari jumlah kasus sementara tercatat ada sekitar 10,14 persen, dan yang dapat disembuhkan 16,89 persen, lainnya masih dalam proses perawatan intensif, mereka terdiri dari berjenis kelamin laki-laki yang terpapar 45,95 persen dan perempuan 54,05 persen sebagaimana data per tanggal 30 April lalu.
Dijelaskan Defriman, berdasarkan pasien yang dirawat di rumah terbanyak di SPH sebesar 27,03 persen, menyusul RSUP M.Jamil 20,27 persen dan Labor FK Unand 10,81 persen. Ssisanya tersebar di rumah sakit yang telah ditunjuk sebagai rujukan pasien covid 19.
Patuhi Jika Tak Ingin Mati
Hingga kini, kapan berakhirnya pandemi covid-19 masih belum bisa disimpulkan para ahli jika kondisi kesadaran masyarakat jauh dari himbauan dan instruksi pemerintah untuk stay at home tinggal dirumah, dan work from home bekerja dirumah. namun berkeliaran berkerumun dengan mengabaikan social distancing atau jaga jarak, dan phsycal distancing atau menjauh dan tidak melakukan kontak secara fisik.
Perlu disadari, kunci utama penghentian penularan covid-19 ini adalah disiplin dan mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap berada dirumah dan bisa bekerja dirumah. Keluar hanya untuk keperluan sesuatu kebutuhan dengan selalu mengenakan masker. Jaga kebersihan dan selalu cuci tangan dengan sabun atau gunakan hand sanitizer setiap habis beraktifitas, jaga jarak dan jangan kontak fisik.
Saya kuatir, jika surveilance team atau tim pengawasan tidak bekerja maksimal dan tak mendapat dukungan masyarakat dengan kesadarannya, maka tunggulah kondisi yang menakutkan akan terjadi yakni, kematian mengerikan sudah dihadapan kita bersama. Untuk itu, mari kita perangi bersama covid-19 yang terbukti telah merenggut jutaan jiwa manusia dan melumpuhkan perekonoimian dunia saat ini.
Melalui artikel ini, saya mengutip pernyataan Wagun Nasrul Abit dan beberapa sumber lainya yang mengedukasi yakni,mari kita sadar se sadar-sadarnya bahwa covid-19 adalah ancaman kematian yang belum ditemukan obatnya, meski ada yang berpendapat kematian itu adalah urusannya Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, bisa terjadi dimana dan kapan saja, sehingga banyak yang menyepelekan dan meremehkan virus asal Wuhan Cina yang mengerikan itu.
Sekedar pengetahuan, jika terjadi pemberlakuan karantina, kebanyakan pasien akan stess. Stress ini dapat memicu penyakit lain sehingga terjadi komplikasi padahal pasien tersebut belum tentu positif covid-19 tapi diperlakukan sesuai protokol covid. Dengan demikian Ikuti anjuran dokter dan pemerintah jika diharuskan isolasi mandiri jalani, jika dilarang patuhi. Ini akan memberi keselamatan untuk kita semua.
Begitu juga jika ada pasien yang meninggal, keluarga juga tidak boleh menguburkan sendiri apalagi membawa pasien. Kita hanya boleh menatap dan mengeluarkan air mata dari kejauhan tanpa boleh mendekati karena terbentur penanganan mayat secara khusus. Mari berdo'a cepatlah virus ini enyah dari kehidupan kita.aamiin.(***)
Komentar